Dalam "hukum" dunia, kata "mengasihi" dan "musuh" adalah dua kata yang bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa Inggris, musuh adalah enemy, berasal dari bahasa Latin inimicus, artinya "bukan sahabat". Yang memiliki arti : orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya. Oleh karena itu, nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh.
Firman Tuhan didalam ayat - ayat Alkitab menghendaki agar kita mampu mengasihi musuh kita,
bukan seperti dunia ini dengan prinsipnya menghancurkan musuh. Sebab, normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi. Akan tetapi, itulah yang dengan tegas dan jelas diajarkan Tuhan Yesus: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44).
Banyak orang mengira menerima perlakuan musuh kita dan tetap diam sudah cukup. Di dalam hati mereka mungkin membenci orang-orang yang bersalah kepada mereka, tetapi mereka dapat memendamnya dan tidak menunjukkannya kepada musuh-musuh mereka. Mereka kemudian mungkin mengatakan hal yang buruk-buruk tentang orang-orang itu karena berusaha melepaskan sedikit rasa frustasi atau berusaha mendapatkan dukungan orang lain.
Mereka mungkin kesulitan tidur atau tidak nafsu makan selama mereka memikirkan kejadian yang tidak menyenangkan itu. Mereka merasa menderita, karena mereka sebenarnya belum mengampuni orang-orang itu. Ajaran mengasihi musuh dalam ayat Alkitab tidak saja berdimensi teologis-berkenaan dengan aspek imani-tetapi juga berdimensi praktis dan logis.
Pertama, membenci musuh akan merugikan diri sendiri; tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain. Kedua, melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipatgandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang.
Ayat Emas Alkitab
Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh,
jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok
(Amsal 24:17)
Terang, walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan. Dengan memahami makna ajaran "mengasihi musuh", kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk mengasihi orang lain; untuk berbuat kebaikan. Yesus menekankan perlunya sungguh-sungguh memaafkan orang yang bersalah kepada kita, tidak hanya berdamai secara pasif.
Apabila kita sungguh-sungguh mengasihi orang lain, kita tidak hanya dapat mengampuni orang yang menampar kita, tetapi juga orang yang memukul kita dengan tongkat, atau bahkan berusaha membunuh kita. Hanya dengan kasih seperti inilah kita menjadi orang yang memikul salib bersama Kristus. Dan kita layak disebut sebagai anak-anak Tuhan, dan memperoleh warisan kerajaan sorga yang kekal, karena tidak ada kebencian di surga.
Artikel Menarik Lainnya :
"Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi". Kemenangan terbesar adalah ketika kita berhasil mengasihi lawan. Mari kita semua mengandalkan Tuhan untuk saling mengasihi dan mengasihi musuh kita juga.
Ayat Alkitab dalam kitab Amsal ini menjadi pegangan kita melangkah, dikala kita berhadapan dengan orang - orang yang membenci kita, lawan kita, musuh kita. Firman Tuhan menghendaki kita untuk tetap mengasihi mereka, tanpa alasan apapun. Karena kasih yang Allah berikan kepada kita adalah Kasih yang sempurna. Hendaklah kita juga mengasihi sesama ataupun musuh kita sama seperti Allah mengasihi kita. Amen